Just another Telkom University Student Blog site

Month: January 2020

Effective Communication: Culture and Interpersonal Communication

Sumber: Devito 2013

CULTURE

Budaya merupakan sesuatu yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, biasanya merupakan gaya hidup yang relative khusus dari suatu kelompok dan terbentuk dari beberapa unsur seni, huku, agama, gaya, dan sikap. Lalu keberadaan adanya budaya dapat dilihat dari nilai-nilai, kepercayaan, artefak, dan bahasa.

RELEVANSI CULTURE PADA EFFECTIVE COMMUNICATION

Ada 5 hal yang menunjukkan bahwa adanya keterkaitan antar budaya dengan komunikasi yang efektif, yaitu:

Perubahan Demografis

Perubahan budaya yang terjadi karena perpindahan suatu kelompok dari suatu negara lalu menetap di negara lain. Budaya kedua negara tersebut tentu berbeda, hal ini juga dapat mempengaruhi komunikasinya lalu bagaimana cara untuk memahami dan mencipatakan komunikasi yang efektif. Sebagai contoh, negara-negara besar seperti di Amerika dan Eropa memiliki kampus-kampus ternama, negara-negara di daerah Amerika dan Eropa banyak dihuni oleh orang-orang yang berasal dari seluruh dunia. Perubahan-perubahan ini telah membawa kebiasaan individu yang berbeda dan kebutuhan untuk memahami dan beradaptasi dengan cara komunikasi yang baru.

Meningkatkan kepekaan terhadap perbedaan budaya

Perbedaan budaya membuat seluruh masyarakat asing maupun masyarakat negara tersebut harus beradaptasi. Salah satu cara yang benar adalah bagaimana adaptasi tersebut mengarah pada persepektif yang menghargai keanekaragaman budaya. Contohnya di Amerika Serikat memiliki kuliner yang beragam, hal ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat telah melakukan peleburan budayanya dengan  udaya asing terhadap makanan. Keuntungan memiliki kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan anggota budaya lain sering diterjemahkan menjadi keuntungan finansial dan peningkatan peluang kerja.

Saling ketergantungan ekonomi

Saat ini hubungan antar dua negara atau lebih banyak dilakukan di seluruh dunia. Hubungan ini dilakukan karena untuk memperoleh keuntungan yang didapat dan salah satunya adalah dalam meningkatkan ekonomisuatu negara. Semua ini bergantung bagaimana suatu negara dapat berkomunikasi secara efektif terhadap lintas budaya yang berbeda agar mencapai hubungan antar dua negara atau lebih dapat tercapai dengan baik. Contohnya hubungan bilateral dan multilateral.

Kemajuan Teknologi Komunikasi

Teknologi saat ini memiliki kemajuan yang sangat pesat, didukung dengan adanya internet membuat kemudahan dalam berkomunikasi jarak jauh. Sebagai contoh, pengguna sosial media diseluruh dunia saat ini sangat tinggi dan komunikasi jarak jauh dapat dilakukan dalam hitungan menit bahkan detik. Pengguna dapat mengetahui apa yang sedang terjadi di negara yang belum pernal dikunjungi dan berita hangat yang sedang diperbincangkan diseluruh dunia.

Komunikasi yang berbeda merupakan spsifik untuk suatu budaya

Tidak semua komunikasi efektif dalam satu budaya dapat dikatakan efektif pada budaya lain, bisa saja dapat terbukti tidak efektif pada budaya lain. Contohnya memberikan hadiah ulang tahun kepada teman dekan akan dihargai oleh banyak orang, tetapi tidak dengan saksi-saksi Yehuwa tidak menyukai tindakan ini karena mereka tidak merayakan ulang tahun.

PERBEDAAN CULTURE

Menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif, perlu mengetahui bagaimana perbedaan budaya dan bagaimana perbedaan ini mempengaruhi komunikasi. Berikut perbedaan budaya tersebut

Individual and Collective Orientation / Orientasi Individual dan Kolektif

Budaya Individualis merupakan ajaran kepada anggota pentingnya nilai-nilai individu seperti kekuatan, prestasi, hedonism, dan stimulasi. Sedangkan budaya kolektivis merupakan ajaran kepada anggota pentingnya nilai-nilai kelompok seperti kebajikan, tradisi, dan konformitas. Contoh yang dapat membedakan kedua orientasi ini misalnya seseorang sedang berada didalam pertandingan bola basket lalu ia mendapatkan penghargaan karena dapat mencetak score terbanyak, kasus ini sebagai contoh seseorang yang memiliki prestasi dan ini merupakan budaya indivudalisme sedangkan jika pada saat yang sama orang tersebut dapat menguntungkan timnya dan  ini merupakan budaya kolektivis karena seorang anggota tim dapat menggiring timnya menjadi juara atau ada pengaruh besar terhadap kelompok.

High and Low Context Cultures

Budaya konteks tinggi merupakan banyaknya informasi dalam komunikasi yang dilakukan sebelumnya, seperti melalui asumsi satu sama lain, dan melalui pengalaman. Sedangkan budaya konteks rendah merupakan sebagian besar informasi secara eksplisit atau jelas dinyatakan dalam pesan verbal, seperti dalam transaksi formal akan dinyatakan bentuk tertulis seperti kontrak.

Power Distance

Power distance merupakan hal yang mengacu pada derajat sebuah kebudayaan dan hubungan antarindividu berdasarkan jarak kekuasaannya dan power distance menjadi dimensi penting dalam membandingkan kebudayaan. Power distance terbagi menjadi dua yaitu, high power distance atau  budaya jarak tinggi dan low power distance atau budaya jarak rendah. Budaya jarak tinggi adalah dimana kekuasaan memiliki perbedaan yang sangat jelas. Sedangkan budaya jarak rendah adalah kekuasaan tidak dibedakan dan dibagikan secara lebih merata.

Masculine and feminine cultures

Konsep diri merupakan sikap budaya bagaimana seorang pria atau wanita harus bertindak. Ada dua klasifikasi budaya, yaitu maskulin dan feminim. Budaya maskulin menekankan kesuksesan dan mensosialisasikan anggotanya untuk bersikap asertif, ambisius, dan kompetitif. Misalnya, anggota budaya maskulin lebih mungkin untuk menghadapi konflik secara langsung dan untuk memerangi perbedaan secara kompetitif. Sedangkan Budaya feminin menekankan kualitas hidup dan dengan demikian mensosialisasikan anggota mereka untuk menjadi sederhana dan untuk menyoroti hubungan interpersonal yang dekat. Budaya feminin, misalnya, lebih cenderung memanfaatkan kompromi dan negosiasi dalam menyelesaikan konflik, mereka lebih cenderung mencari solusi di mana kedua belah pihak yang menang.

High Ambiguity Tolerant and Low Ambiguity Tolerant Cultures

Ada dua jenis tingkat dari toleransi ambiguitas sangat bervariasi antar budaya , yaitu budaya toleransi ambiguitas tinggi dan budaya toleransi ambiguitas rendah. Anggota budaya toleransi terhadap ambiguitas tinggi cenderung memiliki rasa terancam dengan situasi yang tidak jelas. Karena budaya yang toleran terhadap ambiguitas tinggi, anggota kelompok tersebut nyaman dengan ambiguitas dan ketidakpastian. Mereka meminimalisir kepentingan komunikasi kekuasaan pemerintah dan hubungan. Sedangkan anggota budaya toleransi terhadap ambiguitas rendah sangat menghindari ketidapastian dan cenderung memiliki rasa cemas yang besar jika sudah mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.

Long and Short-Term Orientation

Perbedaan budaya yang lainnya adalah orientasi jangka panjang dan jangka pendek. Orientasi jangka panjang merupakan sebuah orientasi yang mengedepankan imbalan dimasa depan, misalnya anggota budaya yang menabung untuk simpnanan dihari tua yang bertujuan untuk mempersiapkan masa depan. Sedangkan budaya orientasi jangka pendek merupakan sebuah orientasi yang lebih melihat ke masa lalu dan sekarang, misalnya anggota budaya ini lebih menghabiskan sumber dayanya untuk saat ini agar mendapatkan hasil yang  cepat.

Indulgence and Restraint

Perbedaan budaya lainnya adalah indulegensi atau pengekangan. Budaya yang mengumbar kesenangan adalah budaya yang menekankan kepuasan atas keinginannya dan berfokus pada bersenang-senang dan menikmati hidup. Contoh negara yang megumbar kesenangannya adalah Venezuela, Meksiko, Puerto Riko, dan 93 negara lainnya yang termasuk mengumbar kesenangannya. Budaya ini tergantung pada dua faktor utama, yaitu kontrol kehidupan dan kenyamanan. Kontrol kehidupan adalah perasaan yang dapat dilakukan sesuka hati, sedangkan kenyamanan adalah perasaan bahwa seseorang memiliki waktu luang untuk melakukan apa yang menurutnya menyenangkan.

CULTURE SHOCK

Culture shock merupakan reaksi psikolgis seseorang yang dialami ketika berada dalam budaya yang sangat berbeda dari budayanya sendiri. Ada empat tahap  dalam culture shock, yaitu:

  • Tahap Satu

Pada awalnya seseorang akan mengalami daya tarik, bahkan pesona, dengan budaya baru dan orang-orangnya. Contohnya, seorang warga negara Thailand akan berpindah tempat ke Perancis untuk meneruskan pendidikannya, sesampainya disana ia sangat senang dan menikmati keindahan ibu kota Perancis.

  • Tahap Dua

Pada tahap ini, perbedaan antara budaya seseorang dan pengaturan baru dapat menciptakan masalah. Ini adalah tahap di mana seseorang dapat mengalami guncangan pada budaya baru yang sebenarnya. Contohnya, warga negara Thailand ini mulai beradaptasi dengan makanan, lingkungan, dan bagaimana menciptakan suasana yang nyaman dengan orang-orang perancis.

  • Tahap Tiga

Pada tahap ini, seseorang memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk berfungsi secara efektif. Contohnya warga negara Thailand tersebut sudah mulai dapat beradptasi dengan baik dan sedikit demi sedikit mempelajari budaya serta kebiasaan di Peranics.

  • Tahap Empat

Pada tahap akhir ini, seseorang menyesuaikan diri dan datang untuk menikmati budaya baru dan pengalaman baru. Contohnya, warga negara Thailand tersebut sudah dapat beradaptasi dengan budaya Perancis dengan mempelajari budaya dan kebiasaan orang Perancis, dimana ia harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya sekarang.

DASAR EFFECTIVE INTERPERSONAL COMMUNICATION

Komunikasi antarbudaya diperlukan beberapa hal yang dipahami dan cara-cara yang dilakukan agar menciptakan komunikasi yang efektif. Berikut beberapa hal mendasar yang perlu dipahami oleh individu untuk menciptakan komunikasi yang efektif.

Educate Yourself

Agar dapat berkomunikasi yang efektif membutuhkan persiapan, yaitu belajar tentang budaya lain. Banyak sekali sumber untuk mempelajarinya dari mulai studi literatur sampai penggunaan social media. Sosial media seperti Facebook menjadi salah satu sosial media yang penggunanya mendominasi diseluruh dunia. Penggunaan sosial media seperti Facebook lebih mudah digunakan untuk mempelajari budaya lain, karena banyak fitur yang menghubungkan komunikasi anatar individu baik di satu negara sampai antar negara.

  • Recognize Difference

Berkomunikasi antar budaya, perlu mengenali perbedaan individu dengan individu dari budaya lain dan perbedaan dalam kelompok budaya lain.

  • Between yourself and the culturally different

Yang menjadi penghalang ketika berkomunikasi antarbudaya adalah ketika seseorang memiliki asumsi bahwa adanya persamaan dan perbedaan. Hal ini mengaitkan pada nilai-nilai, sikap, dan kepercayaan. Jika seseorang memiliki asumsi dan merujuk pada kesamaan dan mengabaikan perbedaan saat berkomunikasi antar budaya, maka ia akan gagal untuk melihat perbedaan dan lebih mementingkan asumsinya sendiri. Contohnya, ketika orang Amerika mengundang orang Filipina untuk makan malam, lalu orang Filipina menolak dengan sopan. Orang Amerika itu merasa tersinggung dengan penolakan tersebut, namun orang Jepang tersebut merasa undangan makan malam tersebut tidak tulus ditawarkan oleh orang Amerika tersebut.

  • Within the culturally different group

Setiap kelompok budaya pasti memiliki perbedaan, dimana perbedaan tersebut merupkan hal yang penting dan harus diperhatikan. Contohnya kelompok orang Orang Eropa dan Amerika terbiasa memberikan tip untuk pelayan di restoran. Atau pada bell-boy di hotel tempat mereka menginap. Tapi, hal ini tidak berlaku untuk negeri Sakura, Jepang. Memberikan tip berarti menghina derajat orang Jepang. Alih-alih dianggap loyal, justru bisa melukai perasaan mereka kalau melakukan ini.

  • Differences in meaning

Perbedaan makna yang dimaksud bukanlah makna dalam kata-kata, tetapi makna kebiasaan dari setiap kelompok budaya. Contohnya pada pesan nonverbal, dalam suatu budaya seorang anak menghindari kontak mata dengan orang dewasa dan budaya lain menganggap anak tersebut kuras atas rasa hormatnya kepada orang dewasa. Perbedaan ini menimbulkan perbedaan maksa antar budaya walau maksud dan tujuan tidak seperti asumsi-asumsi yang dikatakan.

Confront your stereotypes

Stereotip merupakan penilaian terhadap seseorang berdasarkan persepsi terhadap kelompok. Stereotip dapat menyebabkan dua hambatan. Kecenderungan untuk mengelompokkan seseorang ke dalam kelas dan untuk merespons orang itu terutama sebagai anggota kelas itu dapat membuat kita  memahami bahwa seseorang memiliki kualitas tertentu dan biasanya ini bersifat negatif yang kita  yakini menjadi ciri kelompok di mana ia berada. Dapat dikatakan pada saat itu kita akan gagal dalam menghargai sifat beragam dari semua orang dan semua kelompok. Sebagai contoh, kita memiliki persepsi kepada seseorang atau sekelompok yang menyukai film bergenre thriller dan kita berpresepsi bahwa sekelompok orang itu memiliki karakter yang sama seperti dalam film karenanya mereka menyukai film tersebut. Persepsi negative inilah yang membuat kegagalan dalam pemahaman dan tidak menjawab apa yang mereka lihat dan sukai dari film bergenre thriller tersebut.

Reduce Your Ethnocentrism

Etnosentrisme merupakan kecenderungan untuk melihat orang lain dan perilaku mereka melalui budaya yang kita miliki. Etnosentrisme mengevaluasi nilai-nilai, kepercayaan, dan perilaku budaya yang dimiliki dan penilaian seperti ini cenderung lebih mendominasi dari pada menilai dari budaya-budaya lain. Sebagai contoh, seseorang menilai suatu kelompok yang memiliki kepercayaan yang menurutnya tidak baik dan menurutnya pula kepercayaan yang ia ikuti adalah yang terbaik.

Adjust Your Communication

Komunikasi efektif antar budaya memerlukan penyesuaian seperti memahami makna kata-kata dan isyarat nonverbal serta menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh budaya lain. Contohnya penyesuaian perilaku seorang turis yang mengunjungi salah satu daerah di Afrika, dimana turis ini harus menghormati kebiasaan mereka yang mungkin ada beberapa yang tidak biasa dilhat oleh turis tersebut akan tetapi bagaimana turis tersebut harus tetap menghargai dan menyesuaikan dirinya dengan keadaan tersebut agar meciptakan komunikasi yang baik dengan anggota kelompok dari daerah yang ia kungjungi.

Resume Film Connected: The Power Six of Degree

Film Connected: The Power of Six Degree menceritakan tentang manusia di bumi memiliki hubungan dengan manusia lainnya yang terpaut 6 orang. Artinya, dua orang yang tidak saling kenal dapat dihubungan satu sama lain melalui 6 pihak. Pendapat mengenai konsep ini dicetuskan pertama kali oleh penulis cerpen berasal dari Hungaria bernama Frigyes Karinthy.


Film Connected: The Power of Six Degree ini berudrasi 54 menit, sepanjang film ini menceritakan bagaimana 6 milyar manusia di seluruh dunia dapat dan pasti terkoneksi dengan manusia lain diseluruh penjuru dunia. Di awal video ini, untuk membuktikan  teori six of degree dilakukan survei kepada 40 orang. Survei ini dilakukakan dengan menanyakan apakah mereka percaya terhadap tentang teori six of degree. Beberapa orang mengatakan percaya tetapi beberapa orang lainnya tidak, untuk beberapa orang yang mnegatakan tidak menurutnya sangat sulit untuk terkoneksi dengan orang yang dinela melalui 6 orang yang terpisah. Namun sebenarnya, alas an ini tidak menutup kemungkinan untuk mewujudkan teori ini. Hal lainnya yang dapat di kaitkan adalah perkembangan teknologi, sosial media menjadi alasan kuat bahwa teori ini dapat diwujudkan karena sosial media memperlihatkan siapa yang mengikuti dan siapa pengikutnya dari seseorang bahkan Facebook memperlihatkan beberapa teman yang sama.

Beberapa profesor pun menelti teori ini dengan melakukan percobaan bahkan ada yang mengaitkan dari beberapa teori ke teori. Seorang profesor dalam video ini mencari kebenaran atas teori six of degree dengan mengatakan teori ini dapat dideskripsikan dengan rasa cinta dalam film “Romeo an Juliet”. Ia mengatakan dalam kehidupan percintaan pun kita akan merasakan Push and Pull dari masing-masing pasangan itu sendiri, dimana semakin seorang pria mengejar cinta seorang wanita, wanita itu pun semakin menjauhi prianya. Lain hal ketika pria itu sudah menyerah dan pergi, wanita itu merasa kehilangan lalu mencari pria itu kembali. Lalu ada juga beberapa profesor yang mengatakan bahwa koneksi tidak jauh dari perhitungan matematika dan teori-teori sains. Salah satu profesor ada yang mencoba melakukan percobaan pada kehidupan hewan, yaitu kehidupan jangkrik yang hidup berkelompok. Namun sayangnya percobaan ini tidak berhasil, karena tidak mendapatkan hasil yang signifikan. 

Percobaan selanjutnya dilakukan dengan cara mengirimkan surat dari negara asal menuju negara yang di tuju yaitu di Boston dengan tidak menuliskan alamat yang jelas pada saat mengirimkan surat tersebut. Pada awalnya pesan ini di tuju oleh seseorang kepada temannya yang dia kenal dan mendekati pada alamat yang di tuju. Setelah mengirimkan surat tersebut secara acak kepada setiap orang yang mereka kenal, ternyata hasilnya membuktikan bahwa dengan melalui 6 orang yang tidak terhubung surat tersebut dapat sampai di Boston sesuai dengan alamat yang di tuju pada pengiriman awal. 

Kesimpulan dari video ini, dengan adanya penelitian untuk kebenaran teori six of degree dapat diketahui bahwa setiap individu pasti memiliki keterkaitan dengan individu lainnya melalu 6 pihak atau dari 6 orang yang terpaut dan hal inipun tanda disadari oleh individu. Hubungan ini bisa terjadi karena adanya sosial media ataupun komunikasi yang dilakukan antar individu lainnya yang mempunyai koneksi. Hal ini tentu sangat bermanfaat untuk beberapa hal dan dilakukannya dengan tujuan positif.

Sebenarnya sebelumnya teori ini pun sempat dilakukan oleh seorang aktor Hollywood yaiut Kevin Bacon. Kevin melakukan permainan untuk membuktikan siapa saja yang terhubung dengannya di dunia hiburan Hollywood. Setelah permainan ini terkenal Kevin pun mendirikan lembaga yang bernama Sixdegrees.org. Semua orang bisa mengikuti permainan ini untuk membuktikan teori Six Degrees of Separation melalui www.sixdegrees.org

Sumber: Film Connected: The Power Six of Degree



TUGAS 2

ILMU SOSIAL KOMPUTASI

Tanpa disadari saat ini kita hidup dalam jaringan. Saat ini, gaya hidup tidak terlepas dari teknologi. Aktifitas manusia sudah dapat dikendalikan oleh jaringan yang terkomputerisasi, hal ini dapat dilihat bagaimana kita setiap hari menggunakan email, melakukan panggilan seluler, melakukan pembelian dengan kartu kredit, penyimpanan data dalam file digital, aktifitas kita yang terekam oleh video cctv, dan hubungan pertemanan lewat sosial media seperti penggunaan media social, dan lain-lain. AKtifitas ini tentunya meninggalkan jejak digital yang dapat dikompilasi menjadi gambaran atas perilaku inidividu maupun perilaku suatu kelompok.

Interaksi antar individu maupun kelompok dapat diawasi oleh teknologi contohnya seperti pengawasan dalam video cctv dan pengawasan melalui email. Adapun interaksi tersebut dapat dilihat dari jaringan sosial masyarakat, seperti perusahaan telekomunikasi memiliki catatan panggilan antar pelanggannya. Lalu internet yang menjadi penghubung interaksi tersebut contohnya ketika di suatu negara sedang hangat akan isu politik, biasanya terdapat argumen dan penyebaran rumor. Hal ini sangat berpengaruh pada keputusan masyarakat untuk memilih pemimpinnya. Seluruh interaksi individu maupun kelompok ini menghasilkan  data-data yang sangat besar dalam komputasi data, data-data tersebut dapat dikompilasi sehingga menghasilkan kesimpulan atas perilaku individu dan perilaku suatu kelompok dan tentunya memberikan keuntungan bagi banyak perusahaan dalam pemenuhan keinginan pelanggan dan keputusan untuk jangka panjang perusahaan.

Fenomena ini memiliki kaitan antar ilmu sosial dan ilmu komputer, kedua bidang akademik ini dapat dikaitkan karena komputer dapat digunakan untuk memodelkan, mensimulasikan, dan menganalisis fenomena sosial. Pada akhirnya, ilmu sosial komputasi menjadi bidang baru dalam dunia akademik. Penelitian ini berfokus terhadap penyelidikan hubungan sosial dan perilaku dan interaksi melalui simulasi sosial. Penerapan ilmu sosial komputasi ini masih memliki beberapa hambatan, namun hambatan terbesarnya adalah privasi data. Data yang sangat privasi tidak sembarang untuk dijadikan penelitian sehingga perlu adanya aturan dan ketetapan sehingga mengurangi risiko dan tetap mengizinkan dilakukannya penelitian.

The “New” Science of Network

Studi tentang jaringan dan sistem jaringan menjadi perbincangan diseluruh spektrum akademik dalam beberapa tahun terakhir. Para peneliti dari ilmu matematika, biologi, dan sosial telah membuat kemajuan pada sejumlah permasalahan terkait jaringan yang sebelumnya sulit diatasi. Hasilnya memunculkan bidang baru yang disebut The “New” Science of Network, karena pada akhirnya bidang ini sangat berkembang pesat dan tanpa disadari segala aktifitas manusia selalu berhubungan dengan jaringan.  

Seorang peneliti bernama Ducan J. Watts kembali meneliti temuan baru dari beberapa bidang dan mencari hubungannya dengan ilmu sosial dan ilmu matematika.  Ducan J. Watts mencoba untuk menyeimbangkan antara perkembangan historis gagasan dan tatanan logisnya. Untuk tujuan ini, bagian pertama menjelaskan pendekatan pemodelan jaringan utama, mengenai struktur lokal, konektivitas global, kemampuan pencarian, dan distribusi derajat yang sangat miring lalu kemudian merangkum studi empiris terkait dan membahas beberapa masalah yang terkait dengan menafsirkan data empiris. Pendekatan model jaringan yang diteliti antara lain Small-World Networks, The Algorithmic Small-World problem, dan Affiliation Networks, Scale-Free Networks. Lalu analisis jaringan empiris yang lakukan antara lain Small-World, Network Motifs, Community Structure, dan Interpreting Empirical Data.

Hasil penelitian Ducan J. Watts memiliki banyak kesamaan dengan peneliti sebelumnya atau peneliti yang sudah menemukannya terlebih dahulu. Namun yang terbaru yang ia temukan adalah sintesis teknik analitik baru yang berkembang dengan cepat, contohnya komunikasi melalui aplikasi maupun perangkat computer semakin kuat dan volume empiris yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagian besar yang dibahas dalam ulasan ini berlangsung dalam ilmu matematika, khususnya dalam fisika.

TUGAS 1

ERA TEKNOLOGI DI MASA DEPAN

Based on youtube video: Future Vision of IT Technology & Our Life Style

Bicara tentang masa depan, berarti membicarakan sesuatu yang akan datang atau identik dengan sesuatu yang diimpikan. Ditambah kemampuan manusia dan keinginannya untuk menjadi lebih baik akan mendorong terjadinya inovasi. Dengan adanya keinginan dan kemampuan tersebut menghadirkan suatu inovasi yang mendorong  manusia untuk menghadapi fenomena tersebut atau mendorong manusia harus beradaptasi.

Saat ini, kita kenali dengan istilah revolusi industri 4.0, dimana salah satu cirinya adalah kemajuan teknologi dan era digitalisasi. Digitalisasi pada industri 4.0 ini memungkinkan keberadaannya terjadi diberbagai sektor dan pekerjaan yang biasa dilakukan manusia dapat teralihkan oleh teknologi. Dapat dibayangkan jika revolusi yang akan terjadi di industri 5.0 dan seterusnya, sudah tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi akan terus berevolusi dengan kemampuan manusia yang menghasilkan inovasi tanpa batas. 

TREN TERKAIT TEKNOLOGI MASA DEPAN

Melihat fenomena tren teknologi masa kini, sudah banyak sekali perubahan yang dirasakan jika dibandingkan dengan 10 sampai puluhan tahun yang lalu. Manusia perlahan dapat berdaptasi dengan keberadaan digitalisasi saat ini, contoh fenomena yang terjadi disekitar kita adalah fintech (financial technology). Manfaat fintech membuat manusia saat ini beramai-ramai menggunakannya untuk membayar atau membeli sesuatu dengan uang digital dan menabung uang digital. Fenomena ini membuktikan bahwa revolusi dari teknologi dapat diadaptasi dengan cepat oleh manusia dan menekan perkembangan serta kemajuan teknologi di masa depan berdasarkan kebutuhan manusia di masa yang akan datang.

Manusia tidak terlepas dari keinginan dan kebutuhan, adanya teknologi sangat membantu dalam pemenuhan keinginan dan kebutuhan manusia. Teknologi muncul didasarkan pada keinginan dan kebutuhan manusia, jika teknologi pada masa depan dapat membantu kegiatan manusia dan memenuhi kebutuhannya maka dapat dibayangkan jika seluruh aktifitas manusia dapat terdigitalisasi secara otomatis. Pada video yang berjudul Future Vision of IT Technology & Our Life Style, menggambarkan teknologi dan digitalisasi sudah merangkap dengan gaya hidup. Fenomena di video tersebut memberikan gambaran bahwa teknologi yang digunakan bukan kecanggihan dari sebuah smartphone dan komputer, akan tetapi barang-barang yang digunakan sehari-hari bahkan barang-barang yang tidak terduga dapat terdigitalisasi. Contohnya, pintu kaca yang menjadi smartboard, newspaper, dan lain-lain. Keberadaan manusia dimasa depan hanya sebagai pengguna dan sangat sedikit berbicara karena komunikasi dapat dilakukan secara digital dan pemenuhan keinginan serta kebutuhan dapat terpenuhi hanya dengan beberapa detik saja.

Sumber: Future Vision Of IT Technologi & Our Life Style



© 2024 firyanura's blog

Theme by Anders NorenUp ↑